Rabu, 29 Juni 2011

Telaga Kehidupan

Jatah umur adalah modal utama yang telah diberikan Allah kepada kita. Berlalunya waktu, berarti berkurangnya modal utama kita. Jika kita menghamburkan waktu dengan sia-sia, sama halnya kita menghamburkan modal utama dengan sia-sia.
Hasan Al Basri pernah berpesan, “Wahai anak Adam! Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Ketika hari telah berlalu, maka berlalu pulalah sebagian dari dirimu.”
Bertambahnya umur berarti berkurangnya jatah usia seseorang. Namun betapa banyak orang justru merayakan berkurangnya jatah usia dengan berbagai pesta ulang tahun. Mereka tidak bersedih dengan berkurangnya jatah usia, justru bahagia. Padahal mereka tidak tahu, masihkah panjang usia yang telah diberikan oleh-Nya. Simaklah petuah Ibnu Mas’ud berikut ini, “Tidaklah penyesalanku akan sesuatu, melainkan penyesalankku terhadap hari dimana matahari telah tenggelam, namun amal kebajikanku tak kunjung bertambah.”
Sudah seharusnya kita juga menghayati pesan dari ulama besar DR. Yusuf Al Qaradhawi, dalam bukunya “Al waqtu fi al hayati al muslim” : “Wahai saudaraku, tatkala umurmu bertambah, bertambah pula tanggungjawab yang engkau emban, namun waktumu semakin berkurang, kekuatanmu berangsur lemah. Waktumu diusia tua sangatlah sempit, fisikmu akan terus melemah, kesehatanmu mulai turun, dan keaktifanmu mulai berkurang. Namun, kewajiban dan kesibukanmu pada saat itu terus bertambah, maka segeralah manfaatkan waktumu sekarang, karena itu merupakan sebuah peluang.”

Selasa, 21 Juni 2011

Menata Iman Dalam Semua Fase Kehidupan


Rasulullah saw bersabda yang artinya “Sesungguhnya Rabb-mu kagum kepada seorang pemuda yang tidak memiliki sifat shabwah (kejahilan dan kekanak-kanakan)”. Hadist tersebut dishahihkan Syaikh Nashiruddin Al-Albani dalam silsilah Al-Hadist Ash-Shahihah (1225).
Masa muda adalah fase terpenting bagi seorang muslim. Ia adalah fase kekuatan di antara dua fase kelemahan; kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Ia adalah usia produktif yang sangat penting bagi masa depan manusia. Rasul saw bersabda, “Tidak beranjak kadua kaki anak Adam dari sisi Tuhannya pada hari kiamat nanti hingga ia ditanya mengenai 4 hal: mengenai umur-nya untuk apa ia habiskan; dan mengenai masa mudanya untuk apa ia habiskan…” (HR. Tirmidzi). Ironisnya, seringkali usia muda ini dikeruhkan oleh sifat shabwah, sehingga seorang muslim tidak mampu mendayagunakan masa mudanya secara optimal.
Pengertian Shabwah
#Kerinduan kepada masa kanak-kanak atau sifat kekanak-kanakan. Seorang pemuda seringkali terlambat untuk menyadari bahwa ia telah dewasa dan harus memikul beban beban tugas yang harus dipertanggungjawabkannya di depan keluarga, masyarakat, dan di depan Allah Ta’ala.
#Kecenderungan kepada hal-hal yang sia-sia atau permainan. Para pemuda seringkali menghabiskan usia mudanya untuk melakukan hal-hal yang sia-sia sehingga lupa untuk mendayagunakan segenap potensinya dan merancang masa depannya.
#Kecenderungan untuk melakukan kebodohan. Ketika melakukan sesuatu, sering kali terdorong oleh gejolak emosi sehingga berbagai dampak buruk yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
#Petualangan yang liar. Ia memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal baru dan menantang untuk membuktikan kejantanan dan keberaniannya.

>Kiat-kiat mengantisipasi sifat shabwah
*Usia remaja jangan menutup diri
*Melibatkan diri pada majelis-majelis dewasa
*Mengunjungi orang shalih dan ahli ibadah
*Memilih teman yang baik
*Berlatih bekerja dan berusaha
*Menanamkan Muraqabatullah
*Bermain yang proporsional dan mendidik

>Buah antisipasi shabwah pada pemuda
*Kearifan dan ketenangan hati
*Kebahagiaan dan keselamatan di hari tua
*Menjadi orang yang dikagumi Allah
*Mendapatkan naungan Allah di hari kiamat


Text from: Majalah Hadila Edisi 32 Februari 2010

Al-Qur’an Dapat Meningkatkan IQ Anak


Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat intelegensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat kitab suci itu diperdengarkan dekat mereka.
Dr. Nurhayati, seorang psikolog dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ anak. Dikatakan bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang.
Diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Sedangkan Al-Qur’an menimbulkan rasa cinta kepada Allah. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, merupakan bekal bagi masa depannya sebagai muslim, dunia maupun akhirat.
Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar dalam artian sesuai tajwid dan mahraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak.
Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel(koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. Ia telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu.
Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang bersalin. Makin baik dan benar bacaan itu, termasuk lagunya, makin baik hasilnya. Tujuannya memperkuat daya tangkap /konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.

Rahasia Perjuangan


“Life is stuggle. He one who enjoys this stuggle is the real winner.
Hidup adalah perjuangan. Siapapun yang menikmati perjuangan tersebut adalah pemenang sejati” (Anupama Kamble)
Ada sebuah kisah yang patut menjadi renungan kita bersama bagaimana kita mensikapi hidup dan perjuangannya. Pada suatu ketika seorang pemuda menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul pada kepompong tersebut. Pemuda itu duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika berjuang dengan memaksa diri melewati lubang kecil itu. Setelah beberapa saat, kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya si kupu-kupu telah berusaha semampunya dan tak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya si pemuda memutuskan untuk membantu sang kupu-kupu.. Dia mengambil sebuah guntingdan memotong sisa kekangan pada kepompong itu. Kupu-kupu tersebut akhirnya keluar dengan mudahnya. Gembira hatipemuda tersebut karena telah melepaskan kesulitan yang diderita oleh kupu-kupu itu.
Namun , kupu-kupu tadi mempunya tubuh gembung dan kecil , sayap-sayapmya mengkerut. Pemuda it uterus mengamatinya karena berharap bahwa pada suatu saat sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuh si kupu-kupu yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak disekitar pemuda dangan tubuh gembung dan sayap-sayap yang mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan si pemuda tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan allah untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Dari kisah tersebut kalau kita renungi kadang-kadang yang namanya perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allah membiarkan kita hidup tanpa hambatan, perjuangan dan pengorbanan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin juga tidak memahami arti cinta dan pengirbanan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat “terbang”.
Begitulah Allah membimbing kita. Kadang Allah tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Allah memberikan yang terbaik untuk kita. Namun kebanyakan kita tidak mengerti, mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Allah. Tetap berjuang, jangan pernah bosan berusaha, jangan berhenti berkorban, kemudian berserah diri. Hidup adalah perjuangan, disanalah butuh pengorbanan. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Berkorban Itu Tanda Cinta


Ada orang yang berkata saat membahas tentang kesungguhan dalam cinta dengan kalimat yang saking seringnya kita mendengar seolah menjadi ucapan yang klise, yaitu “cinta selalu menuntut”. Dari kalimat itu, muncullah apa yang disebut dengan tuntutan cinta. Dan diantara tuntutan cinta adalah pengorbanan. Maka cinta dan pengorbanan ibarat dua sisi mata uang yang tak mungkin bisa dipisahkan. Kalaupun bisa dipisahkan, maka uang itu tak akan bernilai lagi.
Cinta tanpa pengorbanan adalah cinta palsu dan tak bernilai. Maka wajar kalau kita dalam mencintai sesuatu pasti akan dituntut untuk berkorban. Diantaranya adalah “mencintai apa-apa yang dicintai oleh kekasih (yang kita cintai) kita dan membenci apa-apa yang dibenci kekasih kita”. Apakah yang demikian itu juga berlaku dalam mencintai Allah Swt? Allahu akbar…bahkan lebih dari itu.
Kalau ada yang mengatakan “cinta itu tak harus memiliki”, biasanya atau pasti cinta itu memiliki penghalang. Maka cinta pada Allah Swt bisa mendatangkan cinta yang lebih besar pada kita, dan kalau Allah Swt sudah mencintai kita maka Allah Swt berikan hadiah.Mata kita melihat dengan Allah Swt, telinga mendengar dengan Allah Swt, tangan dan kaki bergerak dengan Allah Swt, lisan pun berucap dengan Allah Swt. Dengan kata lain, Allah Swt tidak sekedar kita miliki tetapi lebih dari itu, Allah bersama seluruh diri kita. Dahsyat bukan? Adakah yang bisa membalas cinta sedahsyat Allah?
Kalau demikian, maka tidak ada alasan bagi kita untuk terus berkorban demi Allah Swt. Allah Swt juga telah membeli tiap diri orang beriman dengan Surga. Harta, raga dan jiwa orang yang beriman benar-benar milik Allah Swt yang dititipkan pada orang yang beriman untuk digunakan dalam membuktikan “cinta”nya pada Allah Swt.
Kalau kita orang beriman, maka jangan pernah berhenti berkorban dengan raga, harta dan jiwa. Karena sejatinya semua itu bukan milik kita.
Kemudian bagaimana bentuk berkorban kita?
1.Korban Harta
a.Menggunakan harta seperti yang Allah inginkan. Saat telah mencapai nihsab dan sudah haul maka dikeluarkan zakatnya seperti tuntutan Allah Swt dan Rasul-Nya.
b.Saat tiba hari raya tunaikan juga zakat fitrah atau qurban binatang ternak.
c.Saat ada yang membutuhkan kita pun tak segan mengeluarkan sedekah ataupun infaq.
d.Kemudian sebagian lagi juda dijadikan wakaf.
2.Korban Raga
a.Menggunakan kesehatan dan waktu hanya untuk beribadah kepada Allah dengan semua persepsi tentang ibadah (baik ibadah khusus maupun umum)
b.Saat sakit dan dalam kesempitan juga tidak pernah melupakan Allah.
c.Menjauhi maksiat apapun alasannya.
3.Korban Jiwa
a.Memiliki prinsip dalam hidup “isy kariiman au muth syahidan”(hidup mulia atau mati syahid). Saat masih hidup dipakai untuk terus beramal shaleh sehingga mendapat kemuliaan di sisi Allah dan manusia, dan ketika takdir kematian tiba matinya bernilai khusnul khotimah.
b.Mampu menundukkan jiwa dan nafsunya hanya untuk Allah Swt saja.
Semoga kita mampu menjaga setiap detik yang Allah Swt berikan pada kita untuk selalu bernilai pengorbanan dalam rangka cinta kita kepada-Nya. Dari sekarang hingga ajal dating dan mata pun tepejam. Allahumma amin, InsyaAllah.

Text from: Majalah Hadila Edisi 41 November 2010