Senin, 21 November 2011

Wahai Kaum Adam


Pria yang menarik, tidak harus selalu tinggi besar, tidak harus selalu sukses dalam bisnis, juga tidak harus berduit banyak melebihi berat badan, tetapi bisa membuat wanita merasa senang, membuat wanita merasa ingin mendekat, dan juga tulus hati.

Sebenarnya wanita menuntut pria, bukanlah harus selalu memiliki segala pesona dan keunggulan seorang pria, tetapi ada satu hal, seorang pria harus hidup dengan harga diri, dalam hati seorang pria harus ada seorang wanita yang lebih penting dibandingkan dengan pekerjaannya, teman, pergaulan dan lain sebagainya.
Melihat pria-pria di sekitar kita, ada yang setelah berduit lupa akan jalinan cinta suami istri, putus hubungan dengan orang tua, pria semacam ini tidak ada yang mengagumi. Ada juga yang setelah naik pangkat lupa akan segalanya, pria yang memandang sebelah mata pada orang lain, juga tidak akan mendapatkan senyuman dari orang lain. Mengapa demikian? Karena ia tidak berperasaan.

Pria yang menarik mengerti bahwa begitu ia keluar dari rumah ia adalah seorang Direktur, seorang General Manager, seorang pemimpin, bahkan merupakan seseorang yang statusnya lebih tinggi lagi, tapi setelah pulang ke rumah dia hanya tahu bahwa dirinya adalah suami bagi seorang istrinya di rumah, adalah seorang ayah dari anak-anaknya, adalah anak dari orang tuanya, dan hanya status inilah yang kekal.

Maka tidak perlu didesak, dia juga akan pro aktif pergi ke supermarket untuk belanja sayur-sayuran, juga memasak sendiri, tanpa peduli ia akan rugi jika membeli sayuran seorang diri, tak peduli kalau dirinya bukan ahli masak. Selain itu, pada saat mood-nya sedang baik, diam-diam ia akan menggendong istrinya sekedar berputar-putar hingga nafasnya tersenggal-senggal dan keringat bercucuran, tapi ia dapat merasakan kebahagiaan.

Pria yang menarik ada kalanya juga bisa membuat wanita marah, mungkin juga tak akan mengakui kesalahannya, tapi menghadapi wanita khususnya dalam menghadapi celaan istrinya sendiri, ia tidak akan membanting pintu dan pergi begitu saja, tidak peduli itu dibuat-buat atau tidak. Dia akan menerima omelan dengan ‘patuh’, tidak membantah karena di dalam hatinya sudah ada jawaban.

Biarkan saja sang istri terus mengomel, setelah mengomel sang istri akan mencaci maki, setelah mencaci maki dia akan menangis, lalu setelah menangis dia akan kembali tertawa. Setelah sang istri selesai mencaci maki hingga kemudian mulai tertawa, sang pria akan mulai ‘tidak patuh’ lagi, sebab kini kesempatan bagi pria telah tiba. Tentu saja, saat itu, bagi wanita, sang istri, pria ini sudah tidak bersalah lagi.

Pria yang menarik bisa mengerjakan pekerjaan yang sangat besar, bisa bekerja keras demi pekerjaannya, bisa membela temannya demi keadilan, tapi di hadapan wanita dia sangat bijaksana, tidak akan berbuat hal sekecil apa pun yang bisa membuat wanita sedih, tidak akan melakukan hal sekecil apa pun yang dapat membuat wanita memandang rendah dirinya.

Sebab ia mengerti, dengan melakukan pekerjaan sebesar apa pun juga ia tidak akan bisa mendapatkan dunia, akan tetapi jika membuat seorang wanita sedih, membuat seorang wanita memandang rendah dirinya, apalagi wanita tersebut adalah wanita tambatan hatinya, maka ia akan kehilangan seluruh dunianya. Prinsip ini sebenarnya tidak mendalam, tidak mampu mendapatkan cinta seorang wanita, tidak dihargai dan dikagumi wanita, apalah artinya?

Manusia hidup di dunia ini, sangat sulit mencapai taraf mendapatkan "ikan dan telapak beruang" secara bersamaan, sebagai seorang pria juga demikian. Jadi dalam kehidupan ini tidak peduli apa pun yang kurang dalam hidup kita, tidak peduli masih harus melakukan hal apa pun, apa pun yang kurang dalam diri seorang pria, ada satu hal yang paling baik untuk selalu diingat, yaitu jadilah pria yang menarik.

Jadi seorang pria yang menarik dan bermoral, di dalam pandangan seorang wanita, mungkin adalah pria yang terbaik. (The Epoch Times/lin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar