Kamis, 04 Mei 2017

Katanya Menikah itu Seni Mengalah

"Nduk, wis siap rabi to? Ati-ati wong rabi kui kudu wani ngalah. Ngalah, ngalih, meneng, cateten telung kunci kui ae ya nduk, mengko inshaa Allah aman dunia akhirat, Aamiin".
(Nak, sudah siap menikah? Hati-hati orang menikah itu harus berani mengalah. Mengalah, diam, menyingkir itu tiga kuncinya, Inshaa Allah nanti selamat dunia akhirat, Aamiin).
Begitu kira-kira wejangan ibu kami menjelang hari-H pernikahan kami, tempoe doeloe.

Pada awal-awal pernikahan, bukan tidak mudah bagi kami untuk menyatukan dua background yang berbeda, dua individu yang berwarna merah dan putih, dua kebiasaan yang ibarat kata satu ke utara sedangkan yang satunya lagi ke selatan. Yeah..segalanya masih terasa 'asing' dan 'berbeda'. Dari yang biasanya bangun tidur langsung bisa beberes buat keperluan diri sendiri, tapi setelah pernikahan ada makhluk lain yang perlu dibantu untuk ngeberesin dan ngerapihin menjelang aktivitas kesehariannya.

Ngerapihin handuk yang terkadang asal taruh sehabis mandi, ngenyiapin segala keperluan kecil dari mulai pakaian sampai segelas teh atau kopi. Ngingetin agar jangan sampe ketinggalan itu barang kecil yang bernama kunci, charger, dompet atau ponsel sekalipun. Begitulah tugas sebagian kita para wanita setelah bergelar menjadi 'istri'.


Kalau ditanya capek apa nggak ngerjain semua itu? Bangun pagi paling duluan, jadi alarm kehidupan seisi rumah, pokoknya yang namanya aktivitas rumah semua selalu bertumpu pada sang 'istri'. Maka bisa dipastikan jawaban kami para istri "Ya cape boo pake banget".

Eits..tapi itu kalau dikerjakannya dengan status babu vs ratu atau babu vs raja. Tapi, kalau si suami punya tiga kata kunci : maaf, tolong dan terimakasih itu mah gampang, urusan kecil. Apalagi naboknya sambil mesra banget "Tolong donk sayang itu disiapkan segala keperluan saya.." atau "Terimakasih ya sayang.." dan mungkin juga "Maaf ya sayang..".
Wuaa wanita mana yang nggak klepek-klepek denger kata-kata yang sebegitu santunnya. Pun dalam kondisi fisiknya (istri) lagi capek setengah mati, tapi ya teteup semangat 45 berlaku untuk segala aktivitas yang memerlukan sentuhan si istri. Mudah saja sebenarnya untuk mengerti tentang wanita itu. Mereka tidak suka untuk dikasari, titik.

Lantas, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya. Tiaphari dalam berumah tangga selalu ada uring-uringan entah itu sebenarnya hanya hal sepele saja. Jangan suka melebih-lebihkan masalah. Jangan biarkan emosi sesaat merenggut semua mimpi dan angan kita, jangan pernah.

Untuk dapat menikmati pemandangan nan elok layaknya bukit, pegunungan atau bahkan pantai sekalipun, pada awalnya kita akan disuguhi oleh jalanan yang berkelok-kelok, bahkan terkadang ada jalanan berbatu besar nan kasar. Pun begitu dalam rumahtangga kita. Tidak selamanya ucapan yang dahulu katanya semanis madu, tapi setelah kita terjun ke dalam kehidupan rumahtangga, nyatanya adalah hampir omong kosong semuanya (tsaah..mbelgedhes semua rayuan gombal semasa pernikahan belum terjadi).

Bisa jadi yang terjadi adalah berbanding berbalik. Inilah kehidupan yang sesungguhnya, inilah kehidupan nyata yang baru dimulai, inilah ujian hidup yang sebenarnya karena konon katanya ujian ini mampu menyempurnakan separuh agama kita (Aamiin..).

Ada baiknya kita menengok sudah seberapa lama kita menjalin pernikahan, apa evaluasi dari hubungan kita bersama pasangan dari tahun ke tahun, adakah perubahan yang signifikan atau tidak. Karena pertanyaan-pertanyaan ini pula yang pada akhirnya menyadarkan kami bahwa ternyata segala bentuk pemilihan kepemimpinan di negeri kita selalu mengambil angka 'lima' sebagai tolok ukur atau batas waktu seseorang bisa dikatakan berubah atau hasil apa yang telah dicapainya dalam lima tahun pertama. Pemilihan presiden berlaku untuk lima tahun sekali, pun begitu pada pimpinan kepala daerah di masing-masing wilayah.

Jadi temponya bisa digambarkan seperti ini. Lima tahun pertama pernikahan itu adalah ibarat sebuah 'introduce' (tahap perkenalan diri dari masing-masing pihak). Semua kebiasaan buruk pasangan mungkin masih malu-malu dan ditutup-tutupi dari pasangan kita. Maka tak pelak yang terjadi adalah sering salah paham, eyel-eyelan tentang sesuatu hal yang sebenarnya hanyalah sepele saja, hal kecil yang sebenarnya tidak perlu untuk diperdebatkan. Dalam tempo ini, mungkin masing-masing pasangan masih bisa dibilang cukup idealis dan egois. Idealis karena dulu kebiasaan orangtua saya seperti ini, maka kamu harus mengikutinya (egonya terkadang masih muncul), intinya tentang tradisi yang berbeda disini.

Dalam kondisi seperti ini, tiga konsep utama yang kami tekankan pada awal pembahasan tadi yakni "ngalah, ngalih, meneng" sangat berperan. Bukan saja si istri yang memerlukan kendali ini, tapi sebaiknya suami juga sudah mengantongi point ini ketika mereka telah memutuskan untuk menikah.

Ketika suami sedang dilanda badmood yang amat sangat, tak jarang suami melupakan tiga kata kunci tadi dan sebagai akibatnya kita kena getah akan uring-uringan dan segala omelannya. Maka, tugas kita sang istri hanya melihatnya saja. Sesekali tundukkan kepala kita, sebaiknya kita jangan ikut menimpali dengan kata-kata yang justru bisa semakin memperkeruh suasana.

Jika dirasa omelan suami sudah sampai pada puncaknya, maka tawarkan atau langsung saja beranjak ke dapur untuk sekedar membuatkan telur dadar kesukaannya, atau sekedar menuangkan apa minuman favoritnya, lantas sajikan di depan mata suami sembari menorehkan sedikit senyum kepadanya dan bersegeralah untuk merebahkan tubuhmu diatas kasur. Yakin bisa? Susyah pasti pada awalnya, karena batin kita sedang berperang dalam posisi seperti ini. Tapi dengan berbekal pada "ngalah, ngalih, meneng" maka korban telah terselamatkan.

Tentu saja hal ini sesuai dengan sabda Rosul, "Kalau salah seorang diantara kamu marah, maka diamlah" (HR. Imam Ahmad, Al-Musnad, 1/329). Atau dalam sabda lainnya, "Kalau salah seorang diantara kamu marah dalam kondisi berdiri, maka hendaknya dia duduk, karena hal itu dapat menghilangkan kemarahan, kalau belum (hilang), hendaknya berbaring". Dengan mengikuti anjuran ini, setidaknya bisa sedikit mengurangi frekuensi perang dalam batin sang istri.

Setelah massa untuk lima tahun pertama berhasil terlewati, maka untuk massa lima tahun berikutnya bisa dikatakan lebih mudah dari sebelumnya. Karena kita mulai bisa memahami watak dan karakter asli dari masing-masing pasangan tanpa ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Masing-masing dari pasangan telah punya antisipasi dan spekulasi apa yang akan diambil seandainya pasangannya mulai uring-uringan.

Lima tahun kedua bisa dikatakan adalah massa 'penyesuaian dan penerimaan'. Dalam massa ini baik suami atau istri cenderung lebih selow dalam menyikapi segala hal. Mereka tidak lagi seideal atau seegois dahulu, mereka lebih bisa menahan emosi, mereka tampak lebih arif dalam menyelesaikan setiap masalah, dan mereka tampak lebih kompak dalam segala hal. Perubahan ini tentu saja karena orientasi mereka perlahan mulai berubah, dari yang semula hanya ingin membahagiakan pasangannya, lantas orientasi mereka berpindah kepada anak-anak mereka. Tentu saja anak-anak menjadi alasan terbesar akan tetap bersatunya sebuah keluarga.

Dalam lima tahun kedua, jangan dikira masalah dianggap selesai karena katanya baik suami atau istri telah bisa membunuh sifat egoisme pribadi mereka. Sifat keegoisan orangtua terkadang akan muncul kembali dikala mereka memperdebatkan dimana sekolah yang layak untuk anak mereka. Pendidikan yang bagaimana yang pas untuk anak-anak mereka. Anak-anak, anak-anak dan anak-anak. Dengarkan pendapat suami atau istri, ambil jika setuju, atau diam tanpa perlu menyalahkan jika tidak setuju. Ajaklah pasanganmu berdiskusi kembali disaat suasana menjadi benar-benar hangat kembali, tentunya dengan 'kemasan' yang berbeda dari sebelumnya.

Dalam konteks ini, apakah sepertinya pihak istri yang harus lebih banyak berkorban demi keutuhan rumahtangganya? Kami kira tidak. Porsi mereka baik suami atau istri sebenarnya adalah sama saja. Cuma karena kegiatan domestic rumahtangga seolah-olah selalu bertumpu pada istri, seolah kegiatan istri hanya bertumpu pada segitiga putar saja (kasur, sumur, dapur) maka istrilah yang tampak dituntut untuk harus selalu mengalah.

Sesekali gantikan tugas istrimu untuk menjaga anak-anakmu walau hanya satu jam, menjemur pakaian-pakaian dalam mesin pengering, membuatkan segelas teh hangat atau mengambilkan obat pusing kepala untuk istrimu, atau mungkin dengan kejutan mengganti daster-daster istrimu yang mulai banyak jendela disana sini dengan alibi katanya itu adalah daster ternyaman menurut istrimu, maka syah-syah saja jika masih sering dipakai hihiii :p

Terkadang, untuk hal-hal kecil seperti itu para wanitamu enggan untuk menyampaikannya kepadamu duhai para suami. Maka pekalah akan kondisi istrimu. Mengalahkan, diamlah, dan menyingkirlah secara arif disaat istrimu membutuhkan omelan-omelan untuk dilampiaskan kepadamu.

Ingatlah bahwa seringkali istrimu telah merelakan engkau berkumpul bersama teman-temanmu katanya untuk melepas penatmu sejenak, karena istrimu tidak ingin mengekangmu. Istrimu seringkali merelakan engkau bisa ber-me-timean dengan jari jemarimu yang sangat lincah dengan smartphonemu, atau yang terkadang istrimu harus berbohong bahwa jatah bulananmu masih tersisa banyak, atau istrimu yang dengan sangat hati-hati mengucapkan, "Yah..susu anak-anak habis", "Yah..berasnya habis", atau "Yah..tagihan listriknya belum kebayar". Perlu kekuatan mental tersendiri bagi istrimu untuk mengatakan hal itu.

Karena pada kenyataannya para wanita itu begitu tangguh dalam menjaga kehormatanmu, nama baikmu, menjaga hartamu serta menjaga anak-anakmu.

Maka,
"Mengalahlah untuk keutuhan bersama"
"Menyingkirlah untuk saling menjaga hubungan"
"Diamlah untuk mempertahankan kebahagiaan keluarga"

Happy Anniversary.

Bumi Bung Karno, 8 April 2017.

-Dewi Kori-

#happyfamily
#happyday
#happyyanniversary
#MenikahItuAdalahTentangMengalah

1 komentar:

  1. Your Affiliate Money Making Machine is waiting -

    And getting it running is as simple as 1--2--3!

    Here is how it all works...

    STEP 1. Input into the system which affiliate products you intend to promote
    STEP 2. Add push button traffic (this ONLY takes 2 minutes)
    STEP 3. See how the affiliate products system explode your list and upsell your affiliate products on it's own!

    Are you ready to start making money?

    Click here to launch the system

    BalasHapus