Sabtu, 15 Oktober 2011

Satelit 2,5 Ton Tak Terkendali dan Ancam Bumi


Baru saja lepas dari kejatuhan puing satelit Upper Atmosphere Research Satellite (UARS) milik Badan Antariksa Amerika Serikat, ancaman lain menanti.

Masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan jatuhnya satelit seberat hampir tiga ton yang berputar di luar kendali dan diperkirakan jatuh kembali ke Bumi.

Satelit itu adalah ROSAT, teleskop sinar-X milik Jerman yang dibuat dengan teknologi Inggris dan Amerika telah mengorbit Bumi sejak 1990. Satelit itu selama ini menyediakan banyak informasi berharga soal bintang.

Pada 1999 lalu, para ilmuwan kehilangan kontak dengan satelit seberat 2,5 ton itu. Para ahli memprediksi, ROSAT akan memasuki atmosfer Bumi akhir bulan ini.

Pusat Antariksa Jerman memperkirakan, ada 30 puing satelit, total seberat 1,67 ton, yang akan mencapai permukaan Bumi. Cermin tahan panas yang ada di ROSAT diperkirakan tak akan terbakar habis saat masuk kembali ke bumi. Puing-puing yang jatuh termasuk pecahan tajam yang bisa membahayakan jika mengenai mahluk Bumi.

Namun, masyarakat diminta tak terlalu khawatir. "Sampai sekarang, lebih dari 50 tahun sejarah luar angkasa, tidak ada satupun orang yang menjadi korban pecahan puing satelit," kata Professor Heiner Klinkrad dari Badan Antariksa Eropa seperti dikutip dari Daily Mail.

Meskipun kecil kemungkinan ada orang yang bakal terluka, petugas layanan darurat di Jerman sedang berlatih untuk menghadapi kasus cedera akibat puing sampah antariksa.

Bulan lalu, pusat antariksa Jerman mengestimasi ROSAT memiliki peluang melukai seseorang, 1 : 2.000. Lebih berisiko dari satelit UARS yang jatuh beberapa waktu lalu 1:3.200. Namun, kemungkinan seseorang kejatuhan puing satelit sungguh sangat kecil, 1 : 14 triliun.

Sementara, Heiner Klinkrad, kepala kantor urusan puing ruang angkasa, Badan Antariksa Eropa mengatakan, tidak mungkin dihasilkan prediksi jatuhnya ROSAT secara akurat saat ini.

Ketidakpastian akan berkurang dengan makin dekatnya satelit ke Bumi. Di mana titik jatuhnya satelit baru bisa diprediksikan satu atau dua jam sebelum ia menghujam ke permukaan Bumi.

Untuk diketahui, satelit UARS milik NASA jatuh di daerah terpencil di Samudera Pasifik, titik masuk bangkai satelit berada di sekitar Pulau Christmas, di sebelah selatan Indonesia. Koordinat tepat lokasi jatuhnya pesawat, seperti dicatat NASA, berada di 14,1 derajat lintang selatan dan 189,8 derajat bujur timur (170,2 bujur barat).

UARS jauh lebih kecil dari stasiun luar angkasa Mir yang beratnya 135 ton -- yang jatuh ke BUmi pada 2001. Juga lebih mini dari Skylab yang masuk kembali ke Bumi pada 1979.

Mir jatuh di Pasifik Selatan, sementara Skylab jatuh di Samudera Hindia -- serta beberapa bagiannya yang lain jatuh di Australia Barat. Karena dua per tiga bumi adalah lautan, sampah antariksa sering kali jatuh di air. (umi)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar